Haloo apa
kabar kau yang disana? Masihkah kau memikirkanku? Aku disini masih terbiasa
memikirkanmu, mengingat-ngingat masa yang pernah kita jalani berdua. Hanya di
handphone ini, di ruang les ini, dan di sekolah ini. Kemarin saat kau
berkomunikasi denganku aku senang sekali, meskipun hanya sehari. Aku senang,
bersyukur. Karena komunikasi sesaat melalui sms itu dapat mengobati rasa rindu,
rinduku padamu yang terpajang lama. Andai saja kau tau, pagi hari ini sampai
saat ini aku masih berharap kau berkomunikasi denganku lagi meskipun aku tau,
tak mungkin kau sms aku larut malam seperti ini.
Kenangan
bersamamu membuat aku harus berhenti memikirkan pelajaran yang lebih penting
untukku, kutinggalkan sejenak buku dan alat tulisku dan berharap kamu datang lagi
dihidup aku dan bawa keindahan kembali. Aku memilih untuk mengenang masa-masa
itu walaupun aku tau itu semua telah berlalu. Beberapa hari yang lalu, saat
kenangan bersamamu dapat aku jinakkan dari fikiranku dan kamu aku anggap
sebagai orang biasa yang tak pernah mengisi hari-hariku aku dapat lakukan itu
yaaa.. Aku bisa menganggapmu sebagai orang biasa. Namun apa daya? Aku GAGAL!
Kau datang lagi, dan kini aku harus memulai dari awal lagi untuk melupakanmu
dengan tak mengharapkanmu, memanggapmu bagaikan tumpukan sampah yang harus aku
tinggalkan. Harapanku? Entahlah, aku merasa kau mempermainkan perasaan ini.
Jujur saja masih ada rasa sayang di hati ini untukmu. Aku tau aku lelah, dan
tak mau kalau akhirnya harus berpisah. Namun beginilah perasaan remaja yang
masih labil. Harusnya aku kapok, bukan malah mengharap hatimu kembali seperti
dulu.
Bolehkah aku
tetap mengagumimu? Memikirkanmu? Berharap lebih padamu? Meskipun kamu tak mau
tau tentang perasaan ini. Aku terbiasa menyayangimu, butuh waktu lama aku melupakan
ini semua. Taukah kamu? Disetiap handphoneku berdering aku harap sms itu
darimu, jantung berdegup kencang seperti saat aku harus tampil di panggung sekoalah.
Ah, mendapat sms darimu membuatku senang dan pastinya aku terbayang-bayang
olehmu dan kata-kata yang kau rangkai itu. Ibadahku pun tak tenang, itu semua
karenamu! Itu salahmu! Ajari aku agar jantung ini tak berdegup kencang saat
membaca sms darimu, ajari aku agar aku tak terbayang-bayang olehmu disaat aku
harus beribadah memohon pada sang pencipta hidup ini.
Mungkin ini
jawaban dari doaku, “ya Allah jika memang dia hanya sesaat saja di hatiku,
jauhkan aku darinya, aku ingin dengan kusyuk dengan hati yang penuh kasih
berdoa memohon ampun dan harapan padamu. Aku sayang dia, aku yakin engkau merancang
semua ini menjadi lebih baik.”